Rabu, 12 September 2012

Manajemen Risiko Harga


TUGAS  EKONOMI USAHA PERTANIAN

CRITICAL REVIEW

The Role of Price Risk Management in Mitigating Fed Cattle Profit Exposure
(Eric J. Belasco, 2008, Journal of Agricultural And Resource Economics, 33(3):332-348, Western Agricultural Economics Association)



Disusun Oleh:
SRIYANI WAHYUNI TANGAHU
H353110021


ipb_logo





MAYOR ILMU EKONOMI PERTANIAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012


PENDAHULUAN
Produksi usaha pertanian berbeda dari usaha lain yang disebabkan karena adanya risiko yang merupakan sifat alami dari produksi pertanian tersebut. Risiko yang terjadi di pertanian yaitu risiko keuntungan dan risiko harga. Risiko keuntungan yaitu berupa variasi dari efisiensi produksi yang disebabkan oleh variasi ketidakpastian cuaca, serangan hama dan penyakit, dsb. Untuk hewan ternak, hasil produksi juga bervariasi yang disebabkan oleh tingkat karakteristik seperti bobot, jenis kelamin, dan musim serta perbedaan genetik. Ditambah lagi, fluktuasi harga dihasilkan dari perubahan kondisi permintaan dan penawaran pada pasar dunia.
Sejak 1980, pemerintah federal memberikan asuransi subsidi melalui Risk Management Agency (RMA) untuk membantu petani mengurangi risiko dalam hal ini risiko produksi. Sejak 1997, program asuransi penerimaan sebagai alat utama pemerintah federal untuk membantu petani memanajemen risiko dalam hal ini melindungi pendapatan petani. RMA memperkenalkan dua program asuransi yaitu Livestock Gross Margin (LGM) dan Livestock Risk Protection (LRP). Kedua jenis program ini mengikutsertakan para pemilik ternak dalam program asuransi untuk menghadapi kerugian harga, dengan meniadakan risiko produksi karena diasumsikan risiko produksi merupakan bagian risiko yang relatif kecil dari keuntungan. Penelitian ini mengidentifikasikan jumlah risiko yang ditimbulkan dari variasi hasil produksi peternakan, risiko harga dikelola melalui kontrak harga. Simulasi menentukan distribusi keuntungan (profit) dengan skenario dimana komponen dari risiko harga diperoleh dari risiko profit.
Tahap awal yaitu menilai risiko produksi hewan ternak dimulai dengan memahami secara jelas mengenai risiko hasil produk dan harga, menggunakan simulasi dan data aktual pemberian pakan hewan ternak, diidentifikasi risiko produksi bagi dua kontrak yaitu ternak hidup dan harga jagung.
Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu: (1) Mengevaluasi jumlah karakteristik  risiko untuk membedakan komponen-komponen risiko dalam pemberian pakan ternak dimana terjadi fluktuasi harga yang besar pada jagung dan ternak sehingga diperlukan informasi yang lengkap mengenai sumber risiko untuk membuat suatu strategi manajemen risiko, (2) membuat strategi manajemen risiko produksi dengan menggunakan teknik simulasi untuk mengidentifikasi sumber risiko produksi dan menghilangkan variabel acak untuk menghasilkan distribusi profit, dan (3) analisis sensitivitas secara luas untuk menguji dampak dari risiko harga dan produksi bagi ekspektasi profit.
RINGKASAN
A.    Program Penerimaan Asuransi
Asuransi peternakan menyediakan dua produk asuransi untuk risiko harga yaitu LRP dan LGM. Walaupun produk LRP memproteksi fluktuasi harga pakan ternak yang merugikan, produk LRP ini tidak banyak berbeda dengan CME (Chicago Mercantile Exchange). Lain halnya dengan LRP, asuransi produk LGM memproteksi harga input dan ouput dan hal ini telah diformulasikan oleh Hart, Babcock, dan Hayes (2001). Dari hasil penelitian sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa secara umum, risiko penerimaan hewan ternak lebih banyak disebabkan oleh variasi harga. Manfaat utama asuransi produk peternakan yaitu tidak melibatkan produsen untuk mempengaruhi probabilitas penggantian kerugian terhadap apa yang telah dikeluarkan karena harga berhubungan dengan pasar, sehingga moral hazard yang terjadi kecil.
Penelitian oleh Hall et al (2003) menyebutkan bahwa program asuransi hanya memprotek variasi harga. Tingkat partisipasi yang rendah dalam asuransi peternakan yang ada dan kepercayaan terhadap metode manajemen risiko yang lain, mungkin diindikasikan asuransi yang tidak cukup atau kurangnya pendidikan. Tidak diikutsertakannya risiko produksi dalam rencana asuransi peternakan mungkin disebabkan karena relatif kurangnya data untuk mengevaluasi risiko produksi dibandingkan dengan informasi yang lengkap mengenai harga peternakan.
Keberhasilan produk asuransi dapat dicapai dengan mencegah rendahnya performa asuransi yang dimiliki yang menyebabkan asuransi tersebut tidak dapat diamati oleh penjamin asuransi dan malah dapat diamati oleh pengusaha peternakan.
B.     Risiko Produksi Pemberian Pakan Ternak
Tujuan dari pembahasan bagian ini yaitu untuk mengisolasi jumlah risiko yang meningkat dengan sempurna dari variasi produksi. Hart, Babcock, dan Hayes (2001) menjelaskan bahwa risiko produksi peternakan lebih banyak ditimbulkan karena serangan hama penyakit, kegagalan mekanis, dsb. Setelah menentukan sumber terjadinya risiko produksi, ditentukan tipe risiko melalui penggunaan fungsi densitas probabilitas dengan mengisolasi risiko produksi dari risiko harga. Empat skenario yang dianalisis yaitu proteksi harga ternak, proteksi harga jagung, kombinasi antara proteksi harga ternak dan harga jagung, dan tanpa proteksi. Dengan menggunakan empat skenario tersebut, proteksi harga didefinisikan melalui penggunaan kontrak progresif sehingga harga menjadi tetap dan tidak ada volatilitas yang diasosiasikan dengan ekspektasi harga. Informasi harga diperoleh dari CME (Chicago Mercantile Exchage) dan CBOT (Chicago Board of Trade).
Penelitian ini menggunakan dua karakteristik yaitu karakteristik fisik (performa) hewan ternak dan kesehatannya. Karakteristik hewan ternak dilihat dari ADG (Average Daily Gain) dan DMFC (Dry Matter Feed Conversion). Kedua karakteristik ini berkorelasi negatif dan menjelaskan performa kandang hewan ternak. Performa ini bervariasi disebabkan oleh kondisi cuaca yang ekstrim, sifat genetik, atau manajemen. Karakterisik kesehatan dilihat dari VCPH (Veterinary Costs per Head) dan MORT (Mortality Rate). Kedua variabel ini berkorelasi sangat kuat. Keempat variabel (ADG, DMFC, VCPH, MORT) menyebabkan risiko produksi. Penelitian ini menggunakan model tobit multivariat dinamik dengan melihat nilai mean dan covariance. Selain itu juga dirumuskan fungsi profit secara matematik pada persamaan 1, 2, …, hingga persamaan 6 dalam artikel dengan mengasumsikan covariance yang konstan. Keempat variabel yang telah disebutkan di atas, juga dikombinasikan dengan risiko harga jagung dan pakan ternak yang terjadi secara alami yaitu berdasarkan mekanisme pasar.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa ada empat skenario lain yaitu proteksi harga ternak, proteksi harga jagung, proteksi semua harga, dan tanpa proteksi, yang berhubungan dengan kontrak progresif pada ternak hidup, jagung, ternak dan jagung, dan tidak ada kontrak progresif. Skenario pertama mengasumsikan forward-pricing contract untuk harga ternak. Skenario kedua mengasumsikan forward-pricing contract untuk harga jagung. Skenario ketiga mengasumsikan forward-pricing contract untuk harga jagung dan ternak. Skenario keempat adalah skenario kontrol dimana pemilik ternak mengasumsikan semua risiko disebabkan oleh risiko harga dan produksi.
C.    Hasil
Simulasi dibangun berdasarkan empat skenario yang telah disebutkan sebelumnya. Gambar 1 dalam artikel menggambarkan tentang distribusi syarat profit ex ante berdasarkan empat skenario yang telah dibangun. Fungsi densitas probabilitas menggolongkan ekspektasi profit untuk usaha pakanan ternak dengan melihat mean, variance, dan skewness berdasarkan pada empat skenario. Ketika risiko harga dihilangkan maka variasi ekspektasi profit menurun. Berdasarkan Gambar 1, maka dapat dijelaskan bahwa skenario tanpa risiko harga akan menimbulkan risiko bisnis yang sangat besar, dan hal ini dilihat dari nilai standar deviasinya yang paling tinggi. Sedangkan skenario dengan proteksi harga penuh hanya akan menimbulkan risiko bisnis yang kecil, dan hal ini dapat dilihat dari nilai standar deviasinya yang paling rendah.
Untuk skenario tanpa proteksi harga (skenario empat), 90% densitas berada pada interval antara -$457 dan $517. Rentang yang besar pada densitas tersebut disebabkan karena volatilitas pada pakan ternak dan harga jagung dan hal ini menunjukkan bahwa penting adanya manajemen risiko. Untuk skenario proteksi harga jagung (skenario dua), volatilitas profit lebih banyak disebabkan oleh harga pakan ternak. Hasil untuk skenario ini yaitu standar deviasi berkurang sebesar 14% ketika volatilitas jagung dihilangkan. Harga ternak memberikan kontribusi utama bagi risiko profit. Skenario satu yaitu memproteksi harga ternak sehingga dalam hal ini pemilik ternak menghilangkan risiko harga pakan ternak. Pemikik ternak dihadapkan pada kondisi ketidakpastian harga jagung dan kegiatan produksi. Forward-pricing contract mengurangi standar deviasi dari profit sebesar 58%, dan 90% densitas berada pada interval -$233.07 dan $164.64. Variasi pada skenario satu ini utamanya disebabkan oleh produk LGM sebagai alternative dari produk LRP.
Proteksi harga jagung dan pakan ternak, menggunakan produk LGM yang lebih komprehensif. Skenario tiga yaitu dengan memproteksi harga penuh, standar deviasi berkurang sebesar 87%. Nilai ini juga berimplikasi bahwa 13% standar deviasi menyebabkan risiko produksi.
D.    Analisis Sensitivitas
Bagian ini bermaksud untuk mengevaluasi hasil dari pembahasan sebelumnya yang dianalisis dengan membuat rentang nilai terendah dan tertinggi dari faktor risiko harga dan produksi. Oleh karena itu dilakukan shock untuk komponen risiko produksi dan harga. Shock untuk komponen risiko produksi yaitu dilakukan pada faktor penyebab risiko produksi (ADG, DMFC, MORT, dan VCPH). Shock untuk komponen risiko harga diuji dengan menggunakan informasi historis dan harga yang berlaku untuk memperoleh hasil evaluasi yang komprehensif. Hasil analisis ini juga akan membantu untuk menentukan skenario yang terbaik.
Tabel 1 menyajikan tentang mean ex ante conditional profit dari shock terhadap faktor risiko produksi untuk skenario proteksi harga penuh. Dari Tabel 1 ini dapat dijelaskan bahwa ketika MORT naik menjadi 3,41%, ekspektasi profit berkurang sebesar $34,36. Tingkat mortalitas yang tinggi menyebabkan penurunan tingkat profit. Shock untuk ADG dan DMFC berturut-turut bertujuan untuk menentukan rentang profit dan tingkat efisiensi pemberian pakan.
Gambar 2 menggambarkan tentang distribusi ex ante conditional profit dari shock ekspektasi harga jagung. Tujuan shock ini yaitu untuk menguji sensitivitas hasil skenario terhadap volatilitas perubahan harga jagung. Dari Gambar 2 maka dapat dijelaskan bahwa proporsi risiko disebabkan oleh perubahan harga jagung dari 3,3% menjadi 18,2%.
Gambar 3 menggambarkan tentang distribusi ex ante conditional profit dari shock ekspektasi volatilitas harga jagung. Berdasarkan Gambar 3 tersebut dijelaskan bahwa fluktuasi distribusi profit disebabkan oleh volatilitas harga jagung yang meningkat.
CRITICAL REVIEW
Artikel Belasco (2008), membahas tentang peran manejemen risiko harga untuk memitigasi risiko produksi ternak, dengan mengintegrasikan tanaman jagung dan ternak. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis simulasi dan sensitivitas. Simulasi dilakukan dengan menyusun empat skenario yaitu skenario dengan memasukkan risiko harga pakan saja, risiko harga jagung saja, risiko harga pakan dan harga jagung, dan skenario tanpa adanya risiko harga. Untuk melihat besar kecilnya risiko yang timbul pada masing-masing skenario, digunakan nilai standar deviasi. Semakin besar standar deviasi maka semakin besar pula risiko yang ada, begitupun sebaliknya. Semakin kecil standar deviasi maka semakin kecil pula risiko yang ada. Risiko yang kecil dan besar mempengaruhi besarnya ekspektasi profit.
Analisis dengan skenario dua yaitu memasukkan risiko harga jagung saja menunjukkan hasil bahwa standar deviasi berkurang sebesar 14%, yang berarti bahwa ketika volatilitas harga jagung dihilangkan maka standar deviasi untuk ekspektasi profit menjadi berkurang sebesar 14%. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Langemeier, Schroeder, Mintert (1992) dan Mark, Schroeder, Jones (2000) dimana diperoleh standar deviasi untuk ekspektasi profit berkurang hingga 22% karena memasukkan risiko harga jagung.
Analisis dengan skenario tiga yaitu memasukkan kedua risiko harga yaitu harga jagung dan pakan ternak, maka hasil yang diperoleh yaitu standar deviasi berkurang sebesar 87% yang bearti standar deviasi untuk ekspektasi profit berkurang sebesar 87% dan hasil analisis ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya dimana standar deviasi berkurang sebesar 80% hingga 95% (Lawrence, Wang, dan Loy, 1999; Mark, Schroeder, dan Jones, 2000). Hal ini juga mengindikasikan bahwa sebesar 80% hingga 95% risiko profit disebabkan oleh risiko harga.
Selain risiko harga, risiko profit juga disebabkan oleh risiko produksi yang diakibatkan oleh adanya variasi produksi dari empat variabel yaitu ADG, DMFC, MORT, dan VCPH. ADG dan DMFC merupakan variabel fisik (performa) dari ternak itu sendiri yang variasinya disebabkan oleh faktor yang tidak bisa dikontrol yaitu faktor genetik dan kondisi cuaca. Sedangkan MORT dan VCPH merupakan variabel kesehatan dari ternak yang variasinya disebabkan oleh faktor kesehatan ternak itu sendiri sehingga menyebabkan variasi dalam biaya perawatan dan variasi dalam tingkat kematian.
Dalam rangka memitigasi risiko profit untuk tanaman ternak ini, diperlukan strategi manajemen risiko dan salah satunya dengan jalan mengasuransikan usaha peternakan yang ada, dengan asumsi asuransi peternakan dapat membantu memitigasi risiko yang disebabkan oleh variasi harga dan variasi produksi. Namun sebenarnya terdapat banyak cara untuk memitigasi risiko selain asuransi usaha misalnya kontrak kerja, diversifikasi usaha, hedging, serta program pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk kebijakan usaha pertanian khususnya usaha peternakan.
Setelah dilakukan analisis simulasi dengan empat skenario, hasil simulasi tersebut dianalisis tingkat sensitivitasnya. Analisis sensitivitas dilakukan pada aspek produksi dan aspek harga. Analisis sensitivitas pada aspek produksi yaitu dengan membuat rentang nilai tertinggi dan terendah untuk variabel MORT, ADG, dan DMFC kemudian dilihat nilai meannya yang mengindikasikan adanya pergeseran ekspektasi profit. Jika dilihat bahwa analisis sensitivitas dengan menggunakan variabel MORT, ADG, dan DMFC, mungkin belum cukup dan sebaiknya juga memasukkan variabel VCPH dengan pertimbangan variabel ini mungkin akan mempengaruhi pergeseran ekspektasi profit juga dalam hal variasi biaya perawatan kesehatan ternak.
Analisis sensitivitas untuk aspek harga yaitu dengan membuat perubahan pada harga jagung (nilai terendah dan tertinggi) kemudian bagaimana dampaknya terhadap masing-masing skenario harga, yang mengindikasikan adanya pergesaran pada ekspektasi profit. Dari hasil analisis tersebut, maka dapat dilihat bahwa perubahan pada harga jagung menyebabkan pergeseran ekspektasi profit pada semua skenario harga (empat skenario).
Selain perubahan pada harga jagung juga dilakukan perubahan volatilitas harga jagung. Sama seperti pada perubahan harga jagung, perubahan volatilitas harga jagung juga dilakukan dengan menetapkan nilai tertinggi dan nilai terendah kemudian dilihat dampaknya pada pergeseran ekspektasi profit. Namun agak berbeda dengan hasil analisis pada perubahan harga jagung, perubahan volatilitas harga jagung ini memberikan ekpektasi profit yang statis (tetap) untuk skenario tiga (proteksi harga jagung dan harga ternak) dan skenario dua (proteksi harga jagung) sedangkan ekspektasi profit pada skenario satu (proteksi harga ternak) dan skenario empat (tanpa proteksi harga), mengalami perubahan.
Pada analisis sensitivitas, sebaiknya juga dilakukan shock untuk perubahan harga ternak dan perubahan untuk jagung sebaiknya yang digunakan perubahan harga jagung saja karena perubahan harga jagung sudah menunjukkan volatilitas harga jagung tersebut. Perubahan harga ternak diperlukan dalam analisis sensitivitas ini karena sesuai dengan penjelasan dalam artikel bahwa risiko harga jagung lebih kecil dibandingkan risiko harga ternak. Hal ini dapat diterima karena jagung berperan sebagai input untuk ternak dan ternak itu sendiri merupakan outputnya sehingga seperti yang telah dipelajari dalam perkuliahan bahwa perubahan harga output memungkinkan lebih sering terjadi dibandingkan dengan perubahan harga input (kasus di bidang pertanian) sehingga diperlukan adanya shock untuk perubahan harga ternak untuk melihat perubahan atau pergeseran pada ekspektasi profit.




KESIMPULAN
Penelitian ini difokuskan pada penjumlahan banyaknya risiko dalam produksi pakan ternak untuk tipe-tipe yang berbeda dari strategi manajemen risiko. Perhatian khusus difokuskan pada tingkat asuransi risiko seperti pemilik ternak membeli tingkat proteksi asuransi yang lebih tinggi. Strategi manajemen risiko dapat menghilangkan beberapa risiko. Sebagai contohnya, standar deviasi untuk ekspektasi profit berkurang 14%, 58%, dan 87% dimana kontrak progresif digunakan pada jagung, ternak, dan keduanya. Hasil tersebut menunjukkan perubahan dasar dalam harga dan volatilitas yang berimplikasi jumlah risiko dapat dikurangi ketika risiko harga dihilangkan.
Analisis sensitivitas dilakukan pada variabel produksi dan variabel harga. Hasil analisis sensitivitas pada variabel produksi mengindikasikan bahwa pergeseran variabel produksi yang penting seperti ADG, DMFC, MORT, dan VCPH, memberikan dampak yang signifikan terhadap ekspektasi profit. Secara kolektif, variabel-variabel produksi tersebut terdiri dari jumlah risiko yang signifikan untuk semua profit. Hasil analisis sensitivitas pada variabel harga diperoleh bahwa perubahan harga jagung dan perubahan volatilitas harga jagung secara umum menyebabkan perubahan atau pergeseran pada ekspektasi profit.
Penelitian ini menyediakan informasi bagi strategi manajemen risiko di tingkat petani dan juga menawarkan informasi bagi penelitian lanjutan untuk asuransi peternakan dan kebijakannya. Terdapat bagian yang signifikan dari risiko profit yang tidak bisa ditangani oleh produk LRP dan LGM. Selain itu, kemungkinan pilihan kontrak untuk kedepannya nanti memungkinkan untuk mensubstitusi produk LRP dan LGM.
Penelitian lanjutan membutuhkan informasi dari penelitian sebelumnya misalnya informasi mengenai pengaruh faktor fisik (performa) ternak dan kesehatannya untuk mengetahui sumber risiko produksi. Kesimpulan akhir dari semua pembahasan yaitu manajemen risiko harga sangat diperlukan untuk memitigasi risiko profit. Manajemen risiko harga dapat dilakukan dengan asuransi usaha pertanian atas harga output.




DAFTAR PUSTAKA
Belasco, E.J. “The Role of Price Risk Management in Mitigating Fed Cattle Profit Exposure.” J. Agr. And Resource Econ. 33,3(2008):332-348.
Langemeier, M.L., T.C. Schroeder, and J. Mintert. “Determinants of Cattle Finishing Profitability.” S. J. Agr. Econ. 24(1992):41-47.
Lawrence, J. D., Z. Wang, and D.Loy. “Elements of Cattle Feeding Profitability in Midwest Feedlots.” J. Agr. And Appl. Econ. 31,2(1999):349-357.
Mark, D. R., T. C. Schroeder, and R. Jones. “Identifying Economic Risk in Cattle Feeding.” J. Agribusiness 18,3(Fall 2000):331-334.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar