TUGAS EKONOMI USAHA PERTANIAN
CRITICAL
REVIEW
The
Role of Price Risk Management in Mitigating Fed Cattle Profit Exposure
(Eric
J. Belasco, 2008, Journal of Agricultural And Resource Economics, 33(3):332-348,
Western Agricultural Economics Association)
Disusun
Oleh:
SRIYANI
WAHYUNI TANGAHU
H353110021
MAYOR
ILMU EKONOMI PERTANIAN
SEKOLAH
PASCASARJANA
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2012
PENDAHULUAN
Produksi
usaha pertanian berbeda dari usaha lain yang disebabkan karena adanya risiko
yang merupakan sifat alami dari produksi pertanian tersebut. Risiko yang
terjadi di pertanian yaitu risiko keuntungan dan risiko harga. Risiko
keuntungan yaitu berupa variasi dari efisiensi produksi yang disebabkan oleh
variasi ketidakpastian cuaca, serangan hama dan penyakit, dsb. Untuk hewan
ternak, hasil produksi juga bervariasi yang disebabkan oleh tingkat
karakteristik seperti bobot, jenis kelamin, dan musim serta perbedaan genetik.
Ditambah lagi, fluktuasi harga dihasilkan dari perubahan kondisi permintaan dan
penawaran pada pasar dunia.
Sejak 1980, pemerintah federal memberikan asuransi
subsidi melalui Risk Management Agency (RMA)
untuk membantu petani mengurangi risiko dalam hal ini risiko produksi. Sejak
1997, program asuransi penerimaan sebagai alat utama pemerintah federal untuk
membantu petani memanajemen risiko dalam hal ini melindungi pendapatan petani. RMA
memperkenalkan dua program asuransi yaitu Livestock
Gross Margin (LGM) dan Livestock Risk
Protection (LRP). Kedua jenis program ini mengikutsertakan para pemilik
ternak dalam program asuransi untuk menghadapi kerugian harga, dengan
meniadakan risiko produksi karena diasumsikan risiko produksi merupakan bagian
risiko yang relatif kecil dari keuntungan. Penelitian ini mengidentifikasikan
jumlah risiko yang ditimbulkan dari variasi hasil produksi peternakan, risiko
harga dikelola melalui kontrak harga. Simulasi menentukan distribusi keuntungan
(profit) dengan skenario dimana
komponen dari risiko harga diperoleh dari risiko profit.
Tahap awal yaitu menilai risiko produksi hewan
ternak dimulai dengan memahami secara jelas mengenai risiko hasil produk dan
harga, menggunakan simulasi dan data aktual pemberian pakan hewan ternak,
diidentifikasi risiko produksi bagi dua kontrak yaitu ternak hidup dan harga
jagung.
Penelitian ini memiliki tiga tujuan yaitu: (1) Mengevaluasi
jumlah karakteristik risiko untuk
membedakan komponen-komponen risiko dalam pemberian pakan ternak dimana terjadi
fluktuasi harga yang besar pada jagung dan ternak sehingga diperlukan informasi
yang lengkap mengenai sumber risiko untuk membuat suatu strategi manajemen
risiko, (2) membuat strategi manajemen risiko produksi dengan menggunakan
teknik simulasi untuk mengidentifikasi sumber risiko produksi dan menghilangkan
variabel acak untuk menghasilkan distribusi profit,
dan (3) analisis sensitivitas secara luas untuk menguji dampak dari risiko
harga dan produksi bagi ekspektasi profit.
RINGKASAN
A.
Program
Penerimaan Asuransi
Asuransi peternakan menyediakan dua produk asuransi
untuk risiko harga yaitu LRP dan LGM. Walaupun produk LRP memproteksi fluktuasi
harga pakan ternak yang merugikan, produk LRP ini tidak banyak berbeda dengan
CME (Chicago Mercantile Exchange).
Lain halnya dengan LRP, asuransi produk LGM memproteksi harga input dan ouput dan hal ini telah diformulasikan oleh Hart, Babcock, dan
Hayes (2001). Dari hasil penelitian sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa
secara umum, risiko penerimaan hewan ternak lebih banyak disebabkan oleh
variasi harga. Manfaat utama asuransi produk peternakan yaitu tidak melibatkan
produsen untuk mempengaruhi probabilitas penggantian kerugian terhadap apa yang
telah dikeluarkan karena harga berhubungan dengan pasar, sehingga moral hazard yang terjadi kecil.
Penelitian oleh Hall et al (2003) menyebutkan bahwa program asuransi hanya memprotek variasi harga. Tingkat partisipasi yang
rendah dalam asuransi peternakan yang ada dan kepercayaan terhadap metode
manajemen risiko yang lain, mungkin diindikasikan asuransi yang tidak cukup
atau kurangnya pendidikan. Tidak diikutsertakannya risiko produksi dalam
rencana asuransi peternakan mungkin disebabkan karena relatif kurangnya data
untuk mengevaluasi risiko produksi dibandingkan dengan informasi yang lengkap
mengenai harga peternakan.
Keberhasilan produk asuransi dapat dicapai dengan
mencegah rendahnya performa asuransi yang dimiliki yang menyebabkan asuransi
tersebut tidak dapat diamati oleh penjamin asuransi dan malah dapat diamati
oleh pengusaha peternakan.
B.
Risiko
Produksi Pemberian Pakan Ternak
Tujuan dari pembahasan bagian ini yaitu untuk
mengisolasi jumlah risiko yang meningkat dengan sempurna dari variasi produksi.
Hart, Babcock, dan Hayes (2001) menjelaskan bahwa risiko produksi peternakan
lebih banyak ditimbulkan karena serangan hama penyakit, kegagalan mekanis, dsb.
Setelah menentukan sumber terjadinya risiko produksi, ditentukan tipe risiko
melalui penggunaan fungsi densitas probabilitas dengan mengisolasi risiko
produksi dari risiko harga. Empat skenario yang dianalisis yaitu proteksi harga
ternak, proteksi harga jagung, kombinasi antara proteksi harga ternak dan harga
jagung, dan tanpa proteksi. Dengan menggunakan empat skenario tersebut,
proteksi harga didefinisikan melalui penggunaan kontrak progresif sehingga
harga menjadi tetap dan tidak ada volatilitas yang diasosiasikan dengan
ekspektasi harga. Informasi harga diperoleh dari CME (Chicago Mercantile Exchage) dan CBOT (Chicago Board of Trade).
Penelitian ini menggunakan dua karakteristik yaitu karakteristik
fisik (performa) hewan ternak dan kesehatannya. Karakteristik hewan ternak
dilihat dari ADG (Average Daily Gain)
dan DMFC (Dry Matter Feed Conversion).
Kedua karakteristik ini berkorelasi negatif dan menjelaskan performa kandang
hewan ternak. Performa ini bervariasi disebabkan oleh kondisi cuaca yang
ekstrim, sifat genetik, atau manajemen. Karakterisik kesehatan dilihat dari
VCPH (Veterinary Costs per Head) dan MORT (Mortality Rate). Kedua variabel ini
berkorelasi sangat kuat. Keempat variabel (ADG, DMFC, VCPH, MORT) menyebabkan
risiko produksi. Penelitian ini menggunakan model tobit multivariat dinamik dengan
melihat nilai mean dan covariance. Selain itu juga dirumuskan
fungsi profit secara matematik pada
persamaan 1, 2, …, hingga persamaan 6 dalam artikel dengan mengasumsikan covariance yang konstan. Keempat
variabel yang telah disebutkan di atas, juga dikombinasikan dengan risiko harga
jagung dan pakan ternak yang terjadi secara alami yaitu berdasarkan mekanisme
pasar.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa ada empat skenario
lain yaitu proteksi harga ternak, proteksi harga jagung, proteksi semua harga,
dan tanpa proteksi, yang berhubungan dengan kontrak progresif pada ternak
hidup, jagung, ternak dan jagung, dan tidak ada kontrak progresif. Skenario
pertama mengasumsikan forward-pricing
contract untuk harga ternak. Skenario kedua mengasumsikan forward-pricing contract untuk harga jagung.
Skenario ketiga mengasumsikan forward-pricing
contract untuk harga jagung dan ternak. Skenario keempat adalah skenario
kontrol dimana pemilik ternak mengasumsikan semua risiko disebabkan oleh risiko
harga dan produksi.
C.
Hasil
Simulasi dibangun berdasarkan empat skenario yang
telah disebutkan sebelumnya. Gambar 1 dalam artikel menggambarkan tentang
distribusi syarat profit ex ante berdasarkan
empat skenario yang telah dibangun. Fungsi densitas probabilitas menggolongkan
ekspektasi profit untuk usaha pakanan
ternak dengan melihat mean, variance, dan skewness berdasarkan pada empat skenario. Ketika risiko harga
dihilangkan maka variasi ekspektasi profit menurun. Berdasarkan Gambar 1, maka
dapat dijelaskan bahwa skenario tanpa risiko harga akan menimbulkan risiko
bisnis yang sangat besar, dan hal ini dilihat dari nilai standar deviasinya
yang paling tinggi. Sedangkan skenario dengan proteksi harga penuh hanya akan
menimbulkan risiko bisnis yang kecil, dan hal ini dapat dilihat dari nilai
standar deviasinya yang paling rendah.
Untuk skenario tanpa proteksi harga (skenario empat),
90% densitas berada pada interval antara -$457 dan $517. Rentang yang besar
pada densitas tersebut disebabkan karena volatilitas pada pakan ternak dan
harga jagung dan hal ini menunjukkan bahwa penting adanya manajemen risiko.
Untuk skenario proteksi harga jagung (skenario dua), volatilitas profit lebih banyak disebabkan oleh
harga pakan ternak. Hasil untuk skenario ini yaitu standar deviasi berkurang
sebesar 14% ketika volatilitas jagung dihilangkan. Harga ternak memberikan
kontribusi utama bagi risiko profit. Skenario
satu yaitu memproteksi harga ternak sehingga dalam hal ini pemilik ternak
menghilangkan risiko harga pakan ternak. Pemikik ternak dihadapkan pada kondisi
ketidakpastian harga jagung dan kegiatan produksi. Forward-pricing contract mengurangi standar deviasi dari profit sebesar 58%, dan 90% densitas
berada pada interval -$233.07 dan $164.64. Variasi pada skenario satu ini
utamanya disebabkan oleh produk LGM sebagai alternative dari produk LRP.
Proteksi harga jagung dan pakan ternak, menggunakan
produk LGM yang lebih komprehensif. Skenario tiga yaitu dengan memproteksi
harga penuh, standar deviasi berkurang sebesar 87%. Nilai ini juga berimplikasi
bahwa 13% standar deviasi menyebabkan risiko produksi.
D.
Analisis
Sensitivitas
Bagian ini bermaksud untuk mengevaluasi hasil dari
pembahasan sebelumnya yang dianalisis dengan membuat rentang nilai terendah dan
tertinggi dari faktor risiko harga dan produksi. Oleh karena itu dilakukan shock untuk komponen risiko produksi dan
harga. Shock untuk komponen risiko
produksi yaitu dilakukan pada faktor penyebab risiko produksi (ADG, DMFC, MORT,
dan VCPH). Shock untuk komponen
risiko harga diuji dengan menggunakan informasi historis dan harga yang berlaku
untuk memperoleh hasil evaluasi yang komprehensif. Hasil analisis ini juga akan
membantu untuk menentukan skenario yang terbaik.
Tabel 1 menyajikan tentang mean ex ante conditional profit
dari shock terhadap faktor risiko
produksi untuk skenario proteksi harga penuh. Dari Tabel 1 ini dapat dijelaskan
bahwa ketika MORT naik menjadi 3,41%, ekspektasi profit berkurang sebesar $34,36. Tingkat mortalitas yang tinggi
menyebabkan penurunan tingkat profit. Shock
untuk ADG dan DMFC berturut-turut bertujuan untuk menentukan rentang profit dan tingkat efisiensi pemberian
pakan.
Gambar 2 menggambarkan tentang distribusi ex ante conditional profit dari shock ekspektasi
harga jagung. Tujuan shock ini yaitu
untuk menguji sensitivitas hasil skenario terhadap volatilitas perubahan harga
jagung. Dari Gambar 2 maka dapat dijelaskan bahwa proporsi risiko disebabkan
oleh perubahan harga jagung dari 3,3% menjadi 18,2%.
Gambar 3 menggambarkan tentang distribusi ex ante conditional profit dari shock ekspektasi
volatilitas harga jagung. Berdasarkan Gambar 3 tersebut dijelaskan bahwa
fluktuasi distribusi profit disebabkan oleh volatilitas harga jagung yang
meningkat.
CRITICAL
REVIEW
Artikel
Belasco (2008), membahas tentang peran manejemen risiko harga untuk memitigasi
risiko produksi ternak, dengan mengintegrasikan tanaman jagung dan ternak. Analisis
dilakukan dengan menggunakan analisis simulasi dan sensitivitas. Simulasi
dilakukan dengan menyusun empat skenario yaitu skenario dengan memasukkan
risiko harga pakan saja, risiko harga jagung saja, risiko harga pakan dan harga
jagung, dan skenario tanpa adanya risiko harga. Untuk melihat besar kecilnya
risiko yang timbul pada masing-masing skenario, digunakan nilai standar
deviasi. Semakin besar standar deviasi maka semakin besar pula risiko yang ada,
begitupun sebaliknya. Semakin kecil standar deviasi maka semakin kecil pula
risiko yang ada. Risiko yang kecil dan besar mempengaruhi besarnya ekspektasi profit.
Analisis dengan skenario dua yaitu memasukkan risiko
harga jagung saja menunjukkan hasil bahwa standar deviasi berkurang sebesar 14%,
yang berarti bahwa ketika volatilitas harga jagung dihilangkan maka standar
deviasi untuk ekspektasi profit menjadi berkurang sebesar 14%. Hasil ini
konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Langemeier,
Schroeder, Mintert (1992) dan Mark, Schroeder, Jones (2000) dimana diperoleh
standar deviasi untuk ekspektasi profit berkurang hingga 22% karena memasukkan
risiko harga jagung.
Analisis dengan skenario tiga yaitu memasukkan kedua
risiko harga yaitu harga jagung dan pakan ternak, maka hasil yang diperoleh
yaitu standar deviasi berkurang sebesar 87% yang bearti standar deviasi untuk
ekspektasi profit berkurang sebesar
87% dan hasil analisis ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya dimana standar
deviasi berkurang sebesar 80% hingga 95% (Lawrence, Wang, dan Loy, 1999; Mark,
Schroeder, dan Jones, 2000). Hal ini juga mengindikasikan bahwa sebesar 80%
hingga 95% risiko profit disebabkan
oleh risiko harga.
Selain risiko harga, risiko profit juga disebabkan oleh risiko produksi yang diakibatkan oleh
adanya variasi produksi dari empat variabel yaitu ADG, DMFC, MORT, dan VCPH.
ADG dan DMFC merupakan variabel fisik (performa) dari ternak itu sendiri yang
variasinya disebabkan oleh faktor yang tidak bisa dikontrol yaitu faktor
genetik dan kondisi cuaca. Sedangkan MORT dan VCPH merupakan variabel kesehatan
dari ternak yang variasinya disebabkan oleh faktor kesehatan ternak itu sendiri
sehingga menyebabkan variasi dalam biaya perawatan dan variasi dalam tingkat
kematian.
Dalam rangka memitigasi risiko profit untuk tanaman ternak ini, diperlukan strategi manajemen
risiko dan salah satunya dengan jalan mengasuransikan usaha peternakan yang
ada, dengan asumsi asuransi peternakan dapat membantu memitigasi risiko yang
disebabkan oleh variasi harga dan variasi produksi. Namun sebenarnya terdapat
banyak cara untuk memitigasi risiko selain asuransi usaha misalnya kontrak
kerja, diversifikasi usaha, hedging,
serta program pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk kebijakan usaha pertanian
khususnya usaha peternakan.
Setelah dilakukan analisis simulasi dengan empat
skenario, hasil simulasi tersebut dianalisis tingkat sensitivitasnya. Analisis
sensitivitas dilakukan pada aspek produksi dan aspek harga. Analisis
sensitivitas pada aspek produksi yaitu dengan membuat rentang nilai tertinggi
dan terendah untuk variabel MORT, ADG, dan DMFC kemudian dilihat nilai meannya yang mengindikasikan adanya
pergeseran ekspektasi profit. Jika
dilihat bahwa analisis sensitivitas dengan menggunakan variabel MORT, ADG, dan
DMFC, mungkin belum cukup dan sebaiknya juga memasukkan variabel VCPH dengan
pertimbangan variabel ini mungkin akan mempengaruhi pergeseran ekspektasi profit juga dalam hal variasi biaya
perawatan kesehatan ternak.
Analisis sensitivitas untuk aspek harga yaitu dengan
membuat perubahan pada harga jagung (nilai terendah dan tertinggi) kemudian bagaimana
dampaknya terhadap masing-masing skenario harga, yang mengindikasikan adanya
pergesaran pada ekspektasi profit. Dari
hasil analisis tersebut, maka dapat dilihat bahwa perubahan pada harga jagung
menyebabkan pergeseran ekspektasi profit pada
semua skenario harga (empat skenario).
Selain perubahan pada harga jagung juga dilakukan
perubahan volatilitas harga jagung. Sama seperti pada perubahan harga jagung,
perubahan volatilitas harga jagung juga dilakukan dengan menetapkan nilai
tertinggi dan nilai terendah kemudian dilihat dampaknya pada pergeseran
ekspektasi profit. Namun agak berbeda
dengan hasil analisis pada perubahan harga jagung, perubahan volatilitas harga
jagung ini memberikan ekpektasi profit yang
statis (tetap) untuk skenario tiga (proteksi harga jagung dan harga ternak) dan
skenario dua (proteksi harga jagung) sedangkan ekspektasi profit pada skenario satu (proteksi harga ternak) dan skenario
empat (tanpa proteksi harga), mengalami perubahan.
Pada analisis sensitivitas, sebaiknya juga dilakukan
shock untuk perubahan harga ternak dan
perubahan untuk jagung sebaiknya yang digunakan perubahan harga jagung saja
karena perubahan harga jagung sudah menunjukkan volatilitas harga jagung
tersebut. Perubahan harga ternak diperlukan dalam analisis sensitivitas ini
karena sesuai dengan penjelasan dalam artikel bahwa risiko harga jagung lebih
kecil dibandingkan risiko harga ternak. Hal ini dapat diterima karena jagung
berperan sebagai input untuk ternak dan ternak itu sendiri merupakan outputnya
sehingga seperti yang telah dipelajari dalam perkuliahan bahwa perubahan harga output memungkinkan lebih sering terjadi
dibandingkan dengan perubahan harga input
(kasus di bidang pertanian) sehingga diperlukan adanya shock untuk perubahan harga ternak untuk melihat perubahan atau
pergeseran pada ekspektasi profit.
KESIMPULAN
Penelitian
ini difokuskan pada penjumlahan banyaknya risiko dalam produksi pakan ternak
untuk tipe-tipe yang berbeda dari strategi manajemen risiko. Perhatian khusus
difokuskan pada tingkat asuransi risiko seperti pemilik ternak membeli tingkat
proteksi asuransi yang lebih tinggi. Strategi manajemen risiko dapat
menghilangkan beberapa risiko. Sebagai contohnya, standar deviasi untuk
ekspektasi profit berkurang 14%, 58%,
dan 87% dimana kontrak progresif digunakan pada jagung, ternak, dan keduanya.
Hasil tersebut menunjukkan perubahan dasar dalam harga dan volatilitas yang
berimplikasi jumlah risiko dapat dikurangi ketika risiko harga dihilangkan.
Analisis sensitivitas dilakukan pada variabel
produksi dan variabel harga. Hasil analisis sensitivitas pada variabel produksi
mengindikasikan bahwa pergeseran variabel produksi yang penting seperti ADG,
DMFC, MORT, dan VCPH, memberikan dampak yang signifikan terhadap ekspektasi profit. Secara kolektif,
variabel-variabel produksi tersebut terdiri dari jumlah risiko yang signifikan
untuk semua profit. Hasil analisis
sensitivitas pada variabel harga diperoleh bahwa perubahan harga jagung dan
perubahan volatilitas harga jagung secara umum menyebabkan perubahan atau
pergeseran pada ekspektasi profit.
Penelitian ini menyediakan informasi bagi strategi
manajemen risiko di tingkat petani dan juga menawarkan informasi bagi
penelitian lanjutan untuk asuransi peternakan dan kebijakannya. Terdapat bagian
yang signifikan dari risiko profit
yang tidak bisa ditangani oleh produk LRP dan LGM. Selain itu, kemungkinan
pilihan kontrak untuk kedepannya nanti memungkinkan untuk mensubstitusi produk
LRP dan LGM.
Penelitian lanjutan membutuhkan informasi dari
penelitian sebelumnya misalnya informasi mengenai pengaruh faktor fisik
(performa) ternak dan kesehatannya untuk mengetahui sumber risiko produksi.
Kesimpulan akhir dari semua pembahasan yaitu manajemen risiko harga sangat
diperlukan untuk memitigasi risiko profit.
Manajemen risiko harga dapat dilakukan dengan asuransi usaha pertanian atas
harga output.
DAFTAR
PUSTAKA
Belasco, E.J. “The Role of Price Risk
Management in Mitigating Fed Cattle Profit Exposure.” J. Agr. And Resource Econ. 33,3(2008):332-348.
Langemeier, M.L., T.C. Schroeder, and J.
Mintert. “Determinants of Cattle Finishing Profitability.” S. J. Agr. Econ. 24(1992):41-47.
Lawrence, J. D., Z. Wang, and D.Loy.
“Elements of Cattle Feeding Profitability in Midwest Feedlots.” J. Agr. And Appl. Econ. 31,2(1999):349-357.
Mark, D. R., T. C. Schroeder, and R.
Jones. “Identifying Economic Risk in Cattle Feeding.” J. Agribusiness 18,3(Fall 2000):331-334.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar