Minggu, 22 April 2012

Efisiensi Produksi (Critical Review)

Determinants of Yam Production and Technical Efficiency 
among Yam Farmers in Benue State, Nigeria
Ringkasan
Artikel ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor penentu produksi ubi rambat dan efisiensi teknis dari petani ubi rambat dengan menggunakan fungsi produksi stochastic frontier dan memasukkan model inefisiensi. Data dikumpulkan dari 100 responden petani di Benue State dengan menggunakan kuisioner terstruktur. Hasil penelitian menemukan bahwa lahan, bibit ubi rambat, tenaga kerja keluarga, dan pupuk merupakan faktor utama yang mempengaruhi perubahan output ubi rambat. Karakteristik petani seperti pendidikan, keanggotaan dalam asosiasi, dan jumlah anggota keluarga berpengaruh signifikan terhadap efisiensi teknis di antara produsen ubi rambat. Efisiensi teknis  bervariasi antara 0,67 hingga 0,99 dengan nilai tengah sebesar 0,95. Implikasinya yaitu efisiensi produksi ubi rambat di antara petani dapat ditingkatkan 5% dengan penggunaan lahan, bibit, tenaga kerja keluarga, dan pupuk yang lebih baik dalam jangka pendek dengan tingkat teknologi yang sudah ada. Hal tersebut dapat terwujud dengan adanya intervensi kebijakan berupa akses lahan yang lebih baik, perbaikan bibit dan pupuk. Juga perbaikan dalam pendidikan petani melalui pendidikan orang dewasa dan pemberantasan buta huruf yang memungkinkan akan meningkatkan efisiensi dalam jangka panjang.
Pendahuluan
Ubi rambat (Dioscorea spp) sebagai salah satu bahan makanan pokok di Afrika Barat dan Tengah dimana ubi rambat ini sebagai penyedia makanan bagi 160 juta lebih orang (Orkwor et al. 1995). Akar dari ubi rambat merupakan sumber yang baik untuk energi terutama kandungan karbohidrat, rendah lemak, dan protein yang terkandung di dalamnya. Selain sebagai sumber makanan pokok, ubi rambat juga merupakan sumber yang baik untuk industri tepung kanji. Walaupun ubi rambat ini sangat penting, produksinya di Nigeria tidak mampu memenuhi kebutuhan (Orkwor and Asiedu 1999). Berikut gambaran penurunan persentase tingkat pertumbuhan ubi rambat yaitu sebesar 42% di tahun 1990 menjadi 16.3% di tahun 2001 walaupun terjadi peningkatan lahan untuk ubi rambat di periode tersebut yaitu sebesar 1270 juta ha di tahun 1990 menjadi 2742 juta ha di tahun 2001 (Federal Ministry of Agriculture, FMA 2001).
Peningkatan produktifitas secara langsung berhubungan dengan efisiensi produksi dan hal ini sangat penting untuk meningkatkan produktifitas dari petani dengan membantu mereka mengurangi inefisiensi teknis. Efisiensi berkaitan dengan  hasil yang relatif dari suatu proses penggunaan input menjadi output. Fungsi produksi stochastic frontier digunakan untuk analisis efisiensi teknis dalam kajian artikel ini.
Metode Penelitian
1.      Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kwande Local Government Area yang terletak sekitar 174 km dari arah tenggara Makurdi, dengan jumlah populasi 191.067 jiwa, dan luas daerah sekitar 2560 km2. Teridentifikasi sebagai daerah tropis dengan 2 musim yaitu musim hujan dan kemarau. Tipe tanah di daerah ini liat berpasir dan ubi rambat sebagai tanaman utama yang diusahakan.
2.      Sampel dan Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk memilih responden yaitu dengan multi-stage random dan purposive sampling. Data dikumpulkan dengan cara membagikan kuisioner kepada rumah tangga petani yang mengusahakan ubi rambat untuk musim panen 2005/2006 dengan memperhatikan aspek sosial ekonomi. Petani yang dipilih sebagai responden, berjumlah 100 petani.
3.      Model Ekonometrik dan Estimasi
Data dianalisis dengan menggunakan model stochastic frontier dengan metode MLE (Khumbhakar dan Heshmatic 1995, Yao dan Liu 1998, Zeibet dan Dharmapala 1999, Ogundele 2003, Pius dan Odjuvwuederhie 2006). Model matematika untuk fungsi stochastic frontier:
Yi = f (Xk;β)εi                                                                                 (1)
εi = viui                                                                                                             (2)
λ= σu v                                                                                                                   (3)
σ2 = σ2v + σ2u                                                                                                 (4)
γ = σ2u 2                                                                                                                   (5)                
TEi = exp (-ui)                                                                                (6)
TE = {1 – Φ {σ-(μ/σ)}/ 1 –Φ (-μ/σ)} exp (-u +½ σ2)                    (7)
Yi = β0 + β1X1i + β2X2i + β3X3i + β4X4i + β5X5i + β6X6i + vi - ui     (8)
μi = δ0 + δ1 ln Z1 + δ2 ln Z2 + δ3 ln Z3 + δ4 ln Z4 + δ5 ln Z5               (9)
Hasil Penelitian
Berdasarkan  analisis dengan menggunakan FRONTIER 4.1, diperoleh hasil sebagai berikut:
1.      Terdapat lima input yang menjadi faktor produksi ubi rambat dalam penelitian ini yaitu lahan, bibit ubi rambat, tenaga kerja keluarga, tenaga kerja upahan pupuk, dan herbisida.
2.      Dari kelima input tersebut, hanya input tenaga kerja upahan dan herbisida yang menunjukkan nilai koefisien negatif dan tidak signifikan.
3.      Penggunaan input lahan, bibit ubi rambat, dan pupuk berpengaruh signifikan pada taraf 1% terhadap produksi ubi rambat. Sedangkan penggunaan tenaga kerja keluarga berpengaruh signifikan pada taraf 5% terhadap produksi ubi rambat.
4.      Nilai sigma square 2) yang diperoleh, signifikan pada taraf 5% dan nilai gamma (γ) signifikan pada taraf 1%.
5.      Nilai elastisitas dari masing-masing input (lahan, bibit ubi rambat, tenaga kerja keluarga, dan pupuk) besarnya lebih dari 0 dan kurang dari 1 (0<E<1) yang berarti dalam penggunaan para petani ubi rambat telah rasional dalam penggunaan input-input tersebut. Sedangkan nilai elastisitas dari tenaga kerja upahan dan herbisida besarnya kurang dari 0 (E<0) yang berarti penggunaan kedua input tersebut telah berlebih sehingga malah menyebabkan produksi ubi rambat turun. Jumlah elastisitas dari semua input sebesar 0,98 yang berarti RTS untuk produksi ubi rambat ini, berada pada skala DRS (Decreasing Return to Scale) yang artinya peningkatan  input akan meningkatkan produksi yang jumlah peningkatannya kurang dari jumlah peningkatan input tersebut.
6.      Terdapat lima variabel inefficiency dalam penelitian ini yaitu pendidikan, keanggotaan dalam asosiasi pertanian, keikutsertaan dalam penyuluhan, jumlah anggota keluarga, dan sistem kepemilikan lahan.
7.      Dari kelima variabel tersebut, variabel pendidikan, keanggotaan dalam asosiasi pertanian, dan jumlah anggota keluarga memiliki nilai koefisien negatif dan signifikan di tingkat 10% yang artinya peningkatan masing-masing variabel tersebut tidak akan menyebabkan ketidakefisienan dalam produksi ubi rambat. Sedangkan variabel keikutsertaan dalam penyuluhan dan sistem kepemilikan lahan memiliki nilai koefisien positif yang artinya peningkatan dari kedua variabel tersebut akan menyebabkan ketidakefisienan dalam produksi ubi rambat.
8.      Efisiensi teknik dari para petani, rentangnya berkisar antara 0,67 hingga 0,99 dengan rata-rata efisiensi sebesar 0,95. Terdapat 93 petani responden yang nilai efisiensi teknisnya di atas 80%.
Production Efficiency of Yam in Zing Local Government Area
of Taraba State, Nigeria
Ringkasan
Penelitian ini mengarah pada analisis efisiensi produksi ubi rambat di Zing Local Government Area, Taraba State. Data dikumpulkan dari 103 responden dengan menggunakan teknik multistage sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 95% responden laki-laki, 38,8% responden dengan rentang umur 31-40 tahun, 84,4% sudah menikah, 72,8% berpendidikan formal, 53,4% mengolah lahan 1 atau 2 ha lahan pertanian. Hasil R2 dengan fungsi double log yaitu sebesar 0,745 menunjukkan hasil yang baik. Hasil studi menyatakan bahwa ukuran usahatani, bibit ubi rambat, dan pupuk berhubungan positif dengan produksi ubi rambat dan signifikan pada taraf 1 dan 5%. Analisis marginal dari penggunaan input ukuran usahatani, bibit ubi rambat, dan tenaga kerja (dalam keluarga dan luar keluarga) menunjukkan penggunaan yang rasional namun tingkat penggunaannya tidak optimal. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan MVP lebih dari 97, 66,55, dan 36%. Pendapatan rata-rata kotor sebesar N241.000,00 dengan total biaya rata-rata sebesar N125.320,00 per ha. Bibit ubi rambat merupakan bagian terbesar dari total biaya yaitu sebesar 66,8% dengan biaya rata-rata sebesar N85 per kg.
Pendahuluan
Ubi rambat di Nigeria  mahal dan tidak mampu dihasilkan di daerah perkotaan dimana pertumbuhan produksi tidak dapat menyesuaikan dengan pertumbuhan populasi sehingga permintaan ubi rambat melebihi penawarannya. Produksi ubi rambat di Nigeria dipercaya memiliki hambatan yang besar disebabkan harga bibit yang terlalu tinggi. Hal ini diamati bahwa kerusakan pertanian tradisional  dari petani di Zing Local Government Area sangat mengurangi tren produksi ubi rambat yang tinggi di daerah ini. Bagaimanapun, tidak semua petani dapat mengalokasikan input secara efisien untuk produksi ubi rambat di area ini. Tujuan dari artikel ini yaitu:
1.      Mendeskripsikan karakteristik sosial ekonomi dari produsen ubi rambat
2.      Mengestimasi efisiensi penggunaan input produksi ubi rambat
3.      Menentukan profitabilitas dari produksi ubi rambat
Metode Penelitian
1.      Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Zing Local Government Area dengan jumlah populasi sekitar 115.384. Area ini memiliki kondisi iklim yang baik kaya akan peluang pertanian dengan temperature berkisar antara 28-340C, rata-rata curah hujan 1500 mm. Area ini kaya akan sumberdaya alam.
2.      Teknik Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer, dengan menggunakan kuisioner terstruktur. Informasi yang dikumpulkan berupa karakteristik sosial ekonomi, aktivitas produksi, biaya dan pengembalian produksi ubi rambat Sampel dipilih secara purposive dengan teknik multistage random sampling dan setiap tahap menggunakan teknik random sampling. Total responden yang terpilih yaitu 130 responden.
3.      Metode Analisis Data
Data dianalisis dengan statistik deskriptif sederhana, regresi berganda, dan profitabilitas (gross margin). Model ekonometrika (bentuk double log) yang digunakan:
Log Y = β0 + β1logX1 + β2logX2 + β3logX3 + β4logX4 + β5logX5 + β6logX6 +Ui           (10)
dimana:
log       : logaritma natural
Y         : produksi ubi rambat (kg)
X1          : luas lahan (ha)
X2          : jumlah bibit ubi rambat (akar umbi)
X3          : tenaga kerja keluarga (HOK)
X4          : tenaga kerja upahan (HOK)
X5          : jumlah pupuk yang digunakan (kg)
X6          : pengalaman berusahatani (tahun)
Ui           : error
β, …, β6: parameter yang diestimasi
Analisis marginal penggunaan input digunakan untuk menentukan penggunaan input secara efisien, yaitu dengan membandingkan nilai MVP dan MFC. Model profitabilitas (gross margin) yang digunakan:
GM = GI – TVC                                                                                   (11)
NFI = GM – TFC                                                                                 (12)
dimana:
GM      : margin kotor per ha (N)
GI        : pendapatan kotor per ha (N)
TVC    : total biaya variabel per ha (N)
NFI     : pendapatan bersih petani per ha (N)
TFC     : total biaya tetap per ha (N)
Hasil Penelitian
Beberapa hal yang dapat dipaparkan dalam hasil penelitian yaitu yang berkaitan dengan karakteristik sosial ekonomi responden, hubungan antara penggunaan input dan produksi ubi rambat, analisis marginal terhadap efisiensi penggunaan input, alokasi input optimum, biaya rata-rata dan pengembaliannya, serta rasio profitabilitas, dapat dirinci sebagai berikut:
1.      Responden laki-laki sebanyak 95% yang artinya aktivitas produksi ubi rambat dominan dikerjakan oleh laki-laki, usia responden dengan rentang 31-40 tahun menempati porsi terbesar yaitu 38,8% yang artinya aktivitas produksi ubi rambat lebih banyak dikerjakan oleh laki-laki muda karena alasan lebih aktif dan energik, hanya 39,8% responden yang memiliki lahan lebih dari 2 ha dengan pengalaman berusahatani antara 11-20 tahun (Tabel 1).
2.      Nilai koefisien determinasi (R2) yaitu sebesar 0,745 yang artinya sebesar 75% variasi dari produksi ubi rambat (Y) dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas (Xi) dan sisanya 25% dijelaskan oleh variabel lain selain enam variabel X yang ada di dalam model. Berdasarkan hasil estimasi parameter regresinya, luas lahan (X1) dan pupuk (X5) berpengaruh positif terhadap produksi ubi rambat dan signifikan pada taraf 1%, begitu juga dengan bibit ubi rambat (X2) berpengaruh postif terhadap produksi ubi rambat namun pada taraf 5%. Tenaga kerja keluarga (X3) juga berpengaruh positif terhadap produksi ubi rambat namun tidak signifikan (Tabel 2).
3.      Rasio MVP dan MFC untuk luas lahan, bibit ubi rambat, dan tenaga kerja keluarga lebih dari 1 (belum efisien) yang artinya penggunaannya masih kurang sehingga ketiga input tersebut harus ditambah, tenaga kerja upahan rasio MVP dan MFC kurang dari 1 (tidak efisien) yang berarti penggunaannya berlebih sehingga perlu dikurangi, sedangkan pupuk menunjukkan rasio MVP dan MFC sama dengan 1 yang artinya penggunaan pupuk sudah efisien (Tabel 3).
4.      Alokasi optimum input (Tabel 4) menunjukkan bahwa penggunaan input luas lahan, bibit ubi rambat, dan tenaga kerja keluarga masing-masing perlu ditingkatkan sebesar 97,43%, 66,55%, 35,9%. Sedangkan penggunaan tenaga kerja upahan perlu dikurangi sebesar 61,24%.
5.      Berdasarkan Tabel 5, diperoleh bahwa pendapatan kotor rata-rata (GI) sebesar N241.800 dengan harga sebesar N120 per kg. Total biaya (TC) sebesar N125.320. Bibit ubi rambat menempati bagian  terbesar dari biaya rata-rata yaitu sebesar 66,8% dengan biaya rata-rata N85 per kg, diikuti dengan sewa lahan sebesar 15,9% atau N8.300 per ha. Pendapatan bersih petani (NFI) sebesar N116.480
6.      Rasio profitabilitas produksi ubi rambat (Tabel 6) dinyatakan dengan PI (Profitability Index), RRI (Rate of return on investment), RRVC (Rate of return on variable cost), dan OR (Operating Ratio) masing-masing sebesar 48,2%, 92,9%, 212,9%, dan 42,6%. Secara berurutan, masing-masing nilai tersebut menunjukkan keuntungan bersih, pendapatan bersih, pengembalian dalam setiap pengeluaran, serta rasio antara TR dan TVC.

CRITICAL
Efisiensi menurut Sukirno (1997), didefinisikan sebagai kombinasi antara faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi untuk menghasilkan output yang optimal. Efisiensi dapat dicapai petani dengan tiga cara yaitu efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomis.
Artikel Shehu at al “Determinants of Yam Production and Technical Efficiency among Yam Farmers in Benue State, Nigeria” dan artikel Musa et al “Production Efficiency of Yam in Zing Local Government Area of Taraba State, Nigeria”, keduanya sama-sama membahas tentang efisiensi produksi ubi rambat di Nigeria, namun memilih lokasi penelitian yang berbeda dimana untuk artikel Shehu at al berlokasi di Kwande Local Government Area sedangkan artikel yang kedua berlokasi di Zing Local Government Area.
Artikel Shehu at al membahas tentang efisiensi teknis dan faktor penentu produksi ubi rambat, sementara artikel Musa et al selain membahas efisiensi teknis juga efisiensi harga/alokatif serta profitabilitasnya. Efisiensi teknis pada artikel Shehu at al menggunakan model stochastic frontier dengan metode MLE sedangkan artikel Musa et al menggunakan regresi berganda bentuk double log dengan metode OLS. Keunggulan fungsi produksi stochastic frontier dibandingkan regresi berganda pada kedua artikel tersebut yaitu pada stochastic frontier dapat diketahui faktor penyebab inefisiensi (Tabel 2, artikel Shehu at al) serta rasio varians (γ) dari efek inefisiensi teknis yang disajikan dalam Tabel 1 artikel Shehu at al. Di samping itu juga, dapat diketahui besar frekuensi petani di tiap rentang efisiensi teknisnya (Tabel 3, artikel Shehu at al). Sedangkan jika menggunakan model regresi berganda dengan metode OLS, hal-hal tersebut tidak bisa diketahui.
Karakteristik sosial ekonomi petani responden pada artikel Shehu at al merupakan bagian dari efisiensi teknis dan dimasukkan dalam model inefisiensi teknis sedangkan pada artikel Musa et al, karakteristik tersebut hanya dijelaskan dalam bentuk persentase. Pada artikel Shehu at al, variabel pendidikan merupakan variabel yang tidak akan menyebabkan ketidakefisienan seperti halnya juga dikemukakan dalam Michael et al (2011), sehingga perlu untuk meningkatkan pendidikan petani salah satu caranya dengan cara pemberantasan buta huruf dan pendidikan non formal seperti penyuluhan dan demonstrasi cara berproduksi.
Berdasarkan hasil penelitian di kedua artikel tersebut, diperoleh bahwa input luas lahan, bibit ubi rambat, dan pupuk berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan produksi ubi rambat. Hasil penelitian di artikel Shehu at al menyatakan bahwa tenaga kerja keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi ubi rambat sedangkan pada artikel Musa et al, tenaga kerja keluarga tersebut hanya berpengaruh positif namun tidak signifikan seperti pada hasil penelitian Awoniyi et al (2006). Untuk tenaga kerja upahan, baik di artikel Shehu at al maupun kedua, sama-sama menunjukkan tanda yang negatif. Hal ini bisa dijelaskan karena penggunaan tenaga kerja upahan tersebut sudah berlebih karena kebutuhan tenaga kerja sudah tercukupi dengan penggunaan tenaga kerja keluarga. Berbeda dengan Awoniyi et al (2006), tenaga kerja upahan berpengaruh positif dan signifikan pada taraf 1%. Hasil penelitian dari Awoniyi et al (2006) dan Michael et al (2011) mengenai efisiensi teknis produksi ubi rambat di Nigeria juga menyatakan bahwa input luas lahan berpengaruh positif dan signifikan pada taraf 1% terhadap produksi ubi rambat. Michael et al (2011) juga memperoleh hasil bahwa bibit ubi rambat berpengaruh positif dan signifikan pada taraf 1%, sementara pupuk berpengaruh positif namun tidak signifikan yang juga ditunjukkan pada hasil penelitian Awoniyi et al (2006).
Berdasarkan hasil analisis marjinal penggunaan input pada artikel Musa et al, maka sebaiknya penggunaan lahan, bibit, dan tenaga kerja keluarga ditambah karena menunjukkan nilai yang belum efisien. Sedangkan penggunaan tenaga kerja upahan sebaiknya dikurangi karena menunjukkan nilai yang tidak efisien (input) berlebih.
Berdasarkan hasil perhitungan biaya rata-rata dan pengembaliannya pada artikel Musa et al, bibit merupakan bagian terbesar dari biaya kemudian sewa lahan, sebagaimana juga dalam Awoniyi et al (2006) pada lahan basah.




KESIMPULAN
Dari hasil penelitian Shehu et al maka dapat dikatakan bahwa tingkat keefisienan para petani ubi rambat dalam menggunakan input produksi rata-rata mencapai 95% yang artinya para petani dapat meningkatkan 5% penggunaan inputnya untuk mencapai kemungkinan output maksimum. Dengan kata lain, petani dapat meningkatkan penggunaan secara intensif input lahan, bibit ubi rambat, pupuk, dan tenaga kerja keluarga karena sesuai dengan hasil analisis, keempat variabel input tersebut berpengaruh positif dalam peningkatan produksi ubi rambat. Untuk bisa mewujudkan hal ini, diharapkan perhatian dari pemerintah untuk ketersediaan lahan pertanian ubi rambat, harga bibit dan pupuk yang terjangkau untuk masyarakat petani. Dalam jangka panjang, efisiensi teknis bisa dicapai dengan status pendidikan petani, dimana petani dengan pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mampu untuk menerima teknologi baru (adopsi teknologi) sehingga diharapkan dapat berkontribusi positif bagi peningkatan produksi ubi rambat.
Berdasarkan hasil penelitian Musa et al maka dapat disimpulkan bahwa luas lahan dan pupuk berpengaruh positif dan signifikan pada taraf 1% terhadap produksi ubi rambat, sementara bibit ubi rambat juga berpengaruh positif dan signifikan namun pada taraf 5%. Implikasinya yaitu peningkatan input-input tersebut akan meningkatkan produksi ubi rambat. Hasil analisis marjinal efisiensi penggunaan input menunjukkan bahwa peningkatan luas lahan, bibit ubi rambat, tenaga kerja keluarga, dan pupuk akan berdampak pada peningkatan produksi ubi rambat, dimana akibat peningkatan dari masing-masing input tersebut terhadap produksi ubi rambat berbeda-beda tergantung pada nilai MPP. Hasil NFI (Net Farm Income) yang diperoleh sebesar N116.480. Hasil penelitian tersebut dapat memberikan suatu rekomendasi kepada petani dan pemerintah dimana petani sebaiknya meningkatkan penggunaan luas lahan, bibit ubi rambat, dan pupuk sementara pemerintah berusaha untuk memperbaiki produksi ubi rambat melalui penelitian teknis menyangkut ubi rambat dan penyediaan fasilitas kredit bagi petani tepat waktu dengan maksud untuk mendorong kemampuan produksi ubi rambat.
DAFTAR PUSTAKA
Awoniyi et al, Abiodun O, Omonona, Titus B 2006. Production Efficiency In Yam Based Enterprises In Ekiti State, Nigeria. J of Central European Agric, 7(4): 627-636.
Michael et al OF 2011. Measuring Technical Efficiency of Yam Farmers in Nigeria: A Stochastic Parametric Approach. Agricultural Journal, 6(2): 40-46.
Musa YH, Onu JI, Vosanka IP, Anonguku I 2011. Production Efficiency of Yam in Zing Local Government Area of Taraba State, Nigeria. J of Hortic For, 3(12): 372-378.
Shehu JF, Iyortyer JT, Mshelia SI, Jongur AAU 2010. Determinants of Yam Production and Technical Efficiency among Yam Farmers in Benue State, Nigeria. J Soc Sci, 24(2): 143-148.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar